Kamis, 05 November 2009

IBADAH

IBADAH

Kata ibadah dalam istilah aqidah ialah : melakukan sesuatu baik perbuatan, perkataan atau hati yang dilandasi dorongan kepercayaan gaib dan taat serta menundukkan jiwa kepada undang – undang atau peraturan – peraturan.
Untuk jelasnya, maka marilah kita tela’ah dengan seksama ayat-ayat di bawah ini :
Surat Al Mu’minin ayat 66 :
قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللهِ لَمَّاجَآءَنِيَ الْبَيِّنَاتُ مِن رَّبِّي وَأُمِرْتُ أَنْ أُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“ Katakanlah (ya Muhammad):"Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Rabbku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.”

Maksud ayat ini ialah : Bahwa Rasulullah sekali-sekali tidak boleh menyembah (melakukan peribadatan) kepada apa saja yang disembah orang – orang musyrik, seperti berhala, roh-roh yang telah mati, roh-roh halus lainya dan lain sebagainya. Dan peribadatan itu hanyalah boleh diunjukkan kepada Allah SWT.

Surat Al Furqon Ayat 17 – 18 :
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ وَمَايَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ فَيَقُولُ ءَأَنتُمْ أَضْلَلْتُمْ عِبَادِي هَآؤُلآءِ أَمْ هُمْ ضَلُّوا السَّبِيلَ . قَالُوا سُبْحَانَكَ مَاكَانَ يَنبَغِي لَنَآ أَن نَّتَّخِذَ مِن دُونِكَ مِنْ أَوْلِيَآءَ وَلَكِن مَّتَّعْتَهُمْ وَءَابَآءَهُمْ حَتَّى نَسُوا الذِّكْرَ وَكَانُوا قَوْمًا بُورًا
Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah):"Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?" (QS. 25:17)
Mereka (yang disembah itu) menjawab:"Maha Suci Engkau tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (jadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa mengingat (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa." (QS. 25:18)

Maksud ayat ini adalah : bahwa besok pada hari kiamat, Allah akan mengumpulkan orang-orang musyrik, kemudian Allah mendatangkan orang-orang yang pernah mereka sembah, seperti Nabi Uzair, Nabi Isa, Syekh Abdul Qodir, para wali siapa saja yang dahulu mereka pernah mohon ( mohon-mohon) kepadanya seraya Allah bersabda kepadanya : “Apakah kamu menyuruh mereka menyembah kamu selain Aku?” maka ia menjawab: “Maha Suci Engkau Ya Allah, saya tidak pernah menyuruh mereka menyembah padaku, mereka sendirilah yang mengadakan dan merekalah yang saling sesat-menyesatkan.”
Banyak sekali dalam Al Qur’an bertaburan ayat-ayat semacam ini. Dengan dua ayat ini, sudah cukup jelas bagi kita bahwa makana ibadah yang diterjemahkan menyembah ialah : melakukan sesuatu baik perbuatan, perkataan atau hati yang didorong kepercayaan gaib. Misalnya : do’a, nadzar menyembelih kurban, pengharapan, cinta, takut dan tawakal.
Adapun yang kedua yaitu kepatuhan jiwa raga kepada seseorang, undang-undang atau peraturan, maka perhatikanlah ayat-ayat di bawah ini :
Surat Az-Zumar ayat 17 :
وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَن يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, (QS. 39:17)

Maksud ayat ini ialah : orang – orang yang diridhai Allah mendapat kesenangan dunia akhiran ialah : orang – orang yang tidak patuh dan menundukkan jiwanya kepada thogut, tapi taat dan menundukkan jiwanya kepada Allah.
Surat Al Maidah Ayat 60 :
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللهِ مَن لَّعَنَهُ اللهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُوْلاَئِكَ شَرُُّ مَّكَانًا وَأَضَلُّ عَن سَوَآءِ السَّبِيلِ

Katakanlah:"Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik ) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi (dan orang yang) menyembah Taghut". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. 5:60)

Maksud ayat ini ialah : bahwa orang –orang yang taat serta menundukkan jiwanya kepada thogut, mereka itulah orang – orang yang sesat dan jahat tempatnya, mereka ini seperti orang – orang yang dikutuki Allah menjadi kera dan babi, karena menentang petunjuk-Nya.
Makna ibadah yang diterjemahkan menyembah dalam kedua ayat ini, bukanlah melakukan sesuatu yang didorong kepercayaan gaib tetapi kepatuhan jiwa raga.
الطَّا عَةُ مَعَالْخُضُوْعٍ

Adapun makna thogut ialah segala perkara yang bertentangan dengan petunjuk Allah baik berupa undang-undang, peraturan-peraturan, atau orang yang memerintahnya.

Surat Yasin ayat : 60-61:
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَابَنِي ءَادَمَ أَن لاَّتَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ . وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu", (QS. 36:60)
dan hendaklah kamu menyembah-Ku.Inilah jalan yang lurus. (QS. 36:61)

Maksud ayat ini ialah : Bahwa manusia ini tidak boleh mengikuti serta mengakui kebenaran bujukan syaitan. Yaitu segala perkara yang bertentangan dengan petunjuk Allah yang dibagus – baguskan syaitan dalam hati dan fikiran manusia. Tetapi manusia ini harus membenarkan dan mengikuti petunjuk Allah itulah jalan yang benar.
Di dunia tidak ada seorangpun yang cinta dan memohon kepada syaitan, bahkan mereka itu sangat benci dan melaknat syaitan. Adapun yang dimaksud menyembah syaitan adalah mengikuti dan membenarkan segala perkara yang dibagus – baguskan syatan dalam hati dan fikiran manusia, sehingga ia merasa senang dan benar, walaupun bertentangan dengan petunjuk Allah.
اِتَّخَذُوْا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَآأُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا إِلَهًا وَاحِدًا لآإِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb ) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. 9:31)

Adapun maksud ayat : Mereka mengangkat alim ulama dan pendetanya sebagai tuhan, ialah bahwa mereka itu taat dan membenarkan perintah, larangan, dan aturan – aturan ulama itu sekalipun bertentangan dengan petunjuk Allah (Taurat dan injil). Kepatuhan jiwa raga kepada peraturan yang bertentangan dengan petunjuk Allah itulah yang merupakan ibadah mereka kepada alim ulama dan pendeta – pendeta itu.
Makna ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Jarir dari sahabat Adi bin Hatim, bahwa ia ketika pertama kali mengunjungi Rasulullah saw di lehernya tergantung lambing salib dari emas, maka Rasulullah saw membaca ayat ini. Spontan Adi bin Hatim menyanggah :”Mereka tidak menyembah pendeka ula,” kemudian Rasulullah menjawab : “Pendeta ulama itu menetapkan perintah dan larangan yang berlawanan petunjuk Allah, kemudian mereka mematuhinya, itulah ibadah mereka kepada pendeta dan ulama.”
Sekarang jelaslah sudah bahwa ibadah dalam lingkaran aqidah memunyai dua makna :
Yang pertama yaitu sesuatu yang didorong kepercayaan gaib ini harus diunjukkan hanya kepada Allah. Bila ada Ta’aluh yang ditunjukkan kepada selain Allah sekalipun kepada Nabi umpamanya, maka ia syirik Akbar.
Yang kedua yaitu kepatuhan jiwa raga, ini hanya boleh diunjukkan kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka bila ada kepatuhan jiwa raga kepada peraturan – peraturan, undang – undang atau orang – orang yang memerintahkannya, yang berlawanan dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, maka ini adalah syirik Akbar.
Ayat-ayat yang mengenai makna pertama antara lain :
Surat Al Jin ayat 18 :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا

“Sesungguhnya masjid-masjid itu bagi Allah, sebab itu janganlah kamu sembah seseorang bersama-sama Allah.”

Surat Al-Mu’min ayat 65 :
هُوَ الْحَىُّ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dialah Yang hidup kekal, tiada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya.Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. (QS. 40:65)

Surat Al Hajj ayat 62 :
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Rabb) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. 22:62)

BAnyak sekali ayat – ayat semisal ini, tapi dari tiga ayat ini sudah jelas bahwa, ibadah yang bermakna Ta’aluh hanya boleh diunjukkan kepada Allah. Dan bila Ta’aluh itu ditujukan kepada selain Allah, maka itu adalah sesat dan kemusyrikan yang besar.
Adapun ayat – ayat yang mengenai makna kedua antara lain :
Surat Al Hasyr ayat 7:
وَمَآءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Apa-apa yang didatangkan Rasul kepadamu, haruslah kamu terima, dan apa-apa yang dilarangnya maka haruslah kamu hentikan, dan takutlah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat sangat siksanya”

Surat Muhammad ayat 33 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلاَتُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, ta'atlah kepada Allah dan ta'atlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu" (QS. 47:33)

Surat Ali Imran ayat : 32
قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Katakanlah:"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS. 3:32)

Kalau kita perhatikan dan renungkan surat Muhammad ayat 33 itu, di sana akan membawa petunjuk bahwa orang yang melawan Allah dan Rasul-Nya, sekalipun ia telah beriman kepada-Nya maka akan rusak segala amal baiknya tidak mendapat nilai sedikit pun di sisi Allah. Dan dosa yang bias merusak amal kebaikan hanyalah syirik akbar.
Dalam surat Al Imran ayat 32, memberi petunjuk bahwa orang – orang yang berpaling dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya, untuk menundukkan jiwa raganya kepada yang lain, mungkin kepada hawa nafsunya sendiri telah diwarnai bisikan syaitan, maka jelaslah mereka termasuk orang – orang kafir.
Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat – ayat semacam ini, dan dari ayat-ayat ini member petunjuk bahwa ibadah yang bermakna kepatuhan jiwa raga hanya boleh ditujukan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Adapun kepatuhan raga untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan yang berlawanan dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya sedang jiwanya masih tetap yakin kepada kebenaran petunjuk Allah dan RasulNya dan merasa bahwa apa yang dikerjakan itu salah, maka yang demikian ini tidak syirik, dan orang yang melakukannya tetap mu’min.
Misalnya orang budak muslim yang diperintah majikannya membuat arak, kemudian ia melakukan pekerjaan itu, tapi dalam jiwanya tetap yakin bahwa membuat arak itu adalah salah, karena berlawanan dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Siswa – siswi yang diharuskan membuka sebagian aurotnya, kemudian ia melakukannya, tapi dalam jiwanya atau jiwa mereka tetap yakin bahwa membuka sebagian aurot di hadapan pemuda – pemuda adalah salah, sebab berlawanan dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Kepatuhan mereka yang hanya raganya saja seperti ini tidaklah syirik, dan mereka pun masih termasuk orang – orang mu’min.
Penjelasan ini didasarkan Al Qur’an surat Asy-Syu’ara’ ayat 22 :
وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَىَّ أَنْ عَبَّدتَّ بَنِى إِسْرَاءِيلَ
Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil". (QS. 26:22)

Surat An-Nahl ayat 106 :
مَن كَفَرَ بِاللهِ مِن بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِاْلإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمُُ
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orangyang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS. 16:106)


Tidak ada komentar: