Minggu, 25 Oktober 2009

tentang riya'

*) Riya' ialah berbuat baik karena orang lain

Firman Allah Ta'ala (artinya):

"Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: 'Bahwa sesungguhnya Sembahan kamu adalah Sembahan Yang Esa.' Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia berbuat syirik sedikitpun dalam beribadah kepada Tuhan-nya." (Al-Kahfi: 110)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Allah Ta'ala berfirman:

"Aku adalah Sekutu Yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dengan dicampuri perbuatan syirik kepada-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima) amal syiriknya itu." (HR Muslim)

Diriwayatkan oleh Abu Sa'id Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu, yang menurutku, lebih aku khawatirkan terhadap kamu daripada Al-Masih Ad-Dajjal. Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliaupun bersabda: "Syirik tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri melakukan shalat, dia perindah shalatnya itu karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya." (HR Imam Ahmad)

Al-Masih Ad-Dajjal ialah seorang manusia pembohong terbesar yang akan muncul pada akhir zaman, mengaku sebagai Al-Masih bahkan mengaku sebagai tuhan yang disembah. Kehadirannya di dunia ini termasuk di antara tanda-tanda besar akan tibanya hari Kiamat. Sedang keajaiban-keajaiban yang bisa dilakukannya merupakan cobaan dari Allah Ta'ala untuk umat manusia yang masih hidup pada masa itu.

Disebutkan dalam Shahih Muslim bahwa masa kemunculannya di dunia nanti selama 40 hari, diantara hari-hari tersebut: sehari bagaikan setahun, sehari bagaikan sebulan, sehari bagaikan seminggu, kemudian hari-hari lainnya sebagaimana biasa; atau kalau kita jumlahkan sama dengan satu tahun dua bulan dua minggu. Hadits-hadits tentang Ad-Dajjal ini telah diriwayatkan oleh kalangan banyak sahabat, antara lain: Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Hurairah, Mu'adz bin Jabal, Jabir bin 'Abdullah, Abu Sa'id Al Khudri, An-Nawwas bin Sim'an, Anas bin Malik, Ibnu 'Umar, Ibnu 'Abbas, 'Aisyah, Ummu Salamah, Fathimah binti Qais dan lain-lain. Masalah ini bisa dirujuk dalam:

Shahih Al-Bukhari: Kitab Al-Fitan bab 26,27; Kitab Tauhid bab 27,31.

Shahih Muslim: Kitab Al-Fitan bab 20-25.

Shahih At-Tirmidzi: Kitab Al-Fitan bab 55-62.

Sunan Abu Dawud: Kitab Al-Malahim bab 14,15.

Sunan Ibnu Majah: Kitab Al-Fitan bab 33.

Musnad Imam Ahmad: jilid 1 hal. 6,7; jilid 2 hal. 33,37,67,104,124,131; jilid 5 hal. 27,32,43,47.

dan kitab-kitab koleksi hadits lainnya.

Kandungan tulisan ini:

Tafsiran ayat dalam surah Al-Kahfi. Ayat ini menunjukkan bahwa amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah kecuali bila memenuhi dua syarat:

Pertama: ikhlas semata-mata karena Allah, tidak ada syirik di dalamnya sekalipun syirik kecil seperti riya'.

Kedua: sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena suatu amal disebut shaleh jika ada dasar perintahnya dalam agama.

Ayat ini mengisyaratkan pula bahwa ibadah itu tauqifiyah, artinya berlandaskan pada ajaran yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak menurut akal maupun hawa nafsu seseorang.

Masalah penting sekali, yaitu: bahwa amal shaleh apabila dicampuri dengan sesuatu yang bukan Lillah, maka tidak diterima oleh Allah.

Disebutkan alasan yang menyebabkan hal tersebut, yaitu: bahwa Allah adalah Sembahan yang amat menolak perbuatan syirik karena sifat ke-Mahacukupan-Nya.

Alasan lainnya, bahwa Allah adalah Sekutu yang terbaik.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat khawatir apabila sahabatnya melakukan riya'.

Tafsiran riya', contohnya: seseorang melakukan shalat dengan niat Lillah, akan tetapi dia perindah shalatnya itu karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya.

Tidak ada komentar: